Dikotomi Sakral Dan Profan Dalam Relevansi Merawat Toleransi Gus Dur
Abstract
Pemimpin Indonesia dalam hal ini Presiden melakukan berbagai macam sikap dalam mengapresiasi hari besar agama selain agamanya kerap dilakukan sebagai upaya asas toleransi menghargai perbedaan pemahaman. Masing-masing individu melakukan tidak jauh dari aspek untuk melegakan, namun berbeda dengan Gus Dur berbicara mengenai hari raya agama lain di Indonesia yang cenderung beragam. Tinjauan toleransi kebebasan beragama dianggap penting oleh mantan Presiden Indonesia ini yang sebenarnya dianggap umum. Bukan hanya dibincangkan pada saat hari-hari tertentu namun telah menjadi cyrcle life yang terlihat sebagai aktifasi diri seorang Abdurahman Wahid.
Gus Dur memperkenalkan wujud pluralitas dekat dengan kehidupan manusia yang dilakukan dengan dua sisi kehidupan tanpa mengedapankan ego ekstrimisme berlebihan. Gus Dur dengan santai namun realistis melihat dari sudut pandang sakral dan profan. Penglihatan Gus Dur menafsirkan pendekatan hari raya agama yang dianutnya sebagai sakral, dan dampak yang diberikan bagi penganut agama lain sebagai profan seperti bagian kehidupan sehari-hari. Seperti halnya saat Gus Dur melakukan kebijakan saat Hari Raya Natal, banyak orang mempertanyakan terutama penganut agama Islam. Umat Islam yang turut menjaga kestabilan perayaan Natal menjadi hal baru pada saat itu, yang bahkan menjadi perkembangan pluralitas saat ini. Penerapan skema pluralitas atas dasar upaya penegasan aspek sakral dan profan sebagai kohesi sosial sebagai bagian dari hidup.
Downloads
References
Barian, Morris, (2003). Antropologi Agama: Kritik Teori-teori Agama Kontemporer. (Yogyakarta, AK.Group.
Beliharz, Peter, (2003). Soscial Theory: A Guide to Central Thinkers, terj. Sigit Jatmiko, Teori-teori Sosial : Observasi Kristis Terhadap Para Filosof Terkemuka, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Durkheim, Emile, (1992). Sejarah Agama; The Elementary Forms of The Religious Life, New York: Free Press.
Durkheim, Emile, (1995). The Elementary Forms of the Religious Life. (New York: Pree Press.
Koentjaraningrat, (1990). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta: Djambatan.
Rumadi, (2001). Dinamika Agama dalam Pemerintahan Gus Dur, dalam Khamami Zada (ed) Neraca Gus Dur di Panggung Kekuasaan, Jakarta: LAKPESDAM.
Veeger, K J, (1989). Realitas Sosial, Jakarta: Gramedia.
Wahid, Abdurrahman, (1999b). Republik Bumi di Surga: Sisi Lain Motif Keagamaan di Kalangan Gerakan Kemasyarakatan. dalam Muh. Shaleh Isre, Prisma Pemikiran Gus Dur, Yogyakarta: LkiS.
Wiguna, Guntur, (2010). Koleksi Humor Gus Dur, Jakarta: PT. Suka Buku.
